Hari Raya Idul Fitri kian dekat, menandai segera berakhirnya bulan suci Ramadan. Seluruh umat muslim di dunia sibuk buat persiapan diri untuk menyambut hari kemenangan ini bersama dengan kebahagiaan dan kegembiraan, juga aneka kue Lebaran dan baju lebaran keluarga
Tak hanya di Indonesia, di beraneka negara bersama dengan mayoritas warga muslim pun, masyarakat mencukupi pasar dan pusat perbelanjaan untuk belanja aneka kebutuhan Lebaran, juga pakaian Lebaran.
Namun, keadaan sedikit berbeda di Yaman, negara di Arab yang tengah dirongrong pertempuran. Banyak warga mengeluh bersama dengan sedih tentang harga barang, terlebih pakaian, yang meroket menjalang Hari Raya Idul Fitri ini.
Um Mothana As-Salahi, ibu empat anak berasal dari Kota Pelabuhan Aden di Yaman Selatan, terasa kelelahan dan tertekan waktu ia terus bergerak berasal dari satu toko ke toko lainnya di pemukimannya, di dalam upaya belanja pakaian Lebaran membuat anak-anaknya.
"Ada sebagian celana pendek dan kaos yang sesuai membuat anak-anak aku di sebagian toko. Tapi sayangnya, aku tak bisa membelinya," kata ibu tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua dan dilansir berasal dari Antara, Rabu (13/6/2018) pagi. Menurutnya, harga pakaian di Aden, yang dikuasai pemerintah, jauh lebih mahal dibandingkan bersama dengan harapannya.
Uang di dompet ibu tersebut nyaris tidak cukup untuk belanja celana pendek dan kaos membuat satu anak sekalipun.
"Saya menghabiskan waktu sebagian jam untuk mencari pakaian yang murah di mana saja di pasar, tetapi akhirnya aku menyerah dan tak mendapat apa pun membuat anak-anak saya," ia mengeluh.
Haitham Ali, seorang prajurit yang baru direkrut, juga menyebutkan kepada Xinhua bahwa ia tak bisa belanja pakaian untuk dua anaknya, mengingat gaji bulanannya yang kecil.
"Saya terima gaji 60.000 rial Yaman (setara 240 dolar AS atau Rp 3,350 juta), dan pakaian dua anak aku punya nilai kebanyakan 49.000 rial (Rp 2,7 juta). Saya tidak menyadari apa yang bisa aku laksanakan bersama dengan gaji yang tak seberapa ini," kata Ali.
"Bagaimana bersama dengan ongkos lain kehidupan dan apa yang bakal kami makan dan minum jikalau aku memastikan untuk belanja pakaian baru membuat anak-anak aku bersama dengan nyaris seluruh gaji saya?" Ali mempertanyakan.
Amri Yusif, seorang pegawai pemerintah, menyalahkan Pemerintah Yaman, yang di dukung Arab Saudi, sebab tidak menyatakan minat untuk memantau dan mengendalikan kenaikan harga semacam itu sebelum akan Idul Fitri.
"Kenaikan harga pakaian tahun ini telah meraih tingkat yang tak dulu berlangsung sebelumnya. Pemilik toko bersama dengan leluasa menetapkan harga barang dagangan sesuka mereka," kata Yusif.
"Misalnya, sepasang sandal kulit buatan Turki dihargai 19.000 rial di Aden," kata pegawai pemerintah tersebut.
Arwa Saleh, perempuan pengacara pemerintah, juga menuduh pedagang memanipulasi harga.
"Para pedagang melipat-gandakan harga dan memanfaatkan Idul Fitri sebagai kesempatan emas untuk tingkatkan penghasilan bersama dengan cepat," wanita itu menjelaskan.
Namun, pemilik toko dan pedagang lokal menyatakan harga pakaian yang melonjak berlangsung sebab kemerosotan nilai pindah rial Yaman terhadap mata duwit asing, terlebih dolar AS.
"Harga pakaian yang tinggi bukan kekeliruan kami, Harga bahan bakar yang naik dan kesusahan mengimpor berasal dari luar negeri, sebab negeri ini hadapi blokade, serta pajak yang tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah, adalah penyebab utama di balik krisis ini," kata Amjad Hutaibi, seorang pengusaha di Aden.